Hidupku tidak seperti yang oranglain lihat, yang oranglain pikirkan.
Karna apa yang mereka lihat hanya sepenggal cerita yang memang aku izinkan untuk dibagi. Yakni kebahagiaanku, kesenanganku.
Pernah suatu waktu, aku menangis dipojok kamar, membayangkan betapa indah masa kecilku, jalan-jalan kepasar malam bersama ayah dan ibuku membeli arum manis yang seperti awan berwarna pink. Atau jalan-jalan ketempat yang semuanya terasa asing bagiku, bersama ayah naik vespa, ayahku dengan rambut hitam legam disisir memakai gel gatsby hijau, rambutnya terlihat seperti freddy mercury, hingga hari itu datang. Aku sedang menjalani pratest untuk persiapan ujian nasional kelas 6SD sekitar tahun 2009. Jarak rumah dengan sekolahku kurang lebih 15 menit naik sepeda, atau terkadang dijemput ayahku, tapi semenjak kelas 5 SD aku malu dijemput karna suara vespa ayahku sangat berisiiiik sekali. Trengtengtengteng.... aku mau kesekolah sendiri.
Hari itu tepat jam 12 siang, aku memutuskan untuk istirahat pulang kerumah, entah angin apa yang membawa pikiranku gelisah dan ingin pulang.
Tiba dirumah, aku cari ayahku ke semua sudut ruangan. Lalu aku mendengar suara terbatuk, kutemukan dia tertidur dibawah beralaskan tikar, belakang sofa. Di tempat dimana dia pernah membenarkan gerakan sholat aku dan teman-temanku yang saat itu yah masih sekecil itu gerakannya terlihat seperti tidak serius menghadap ke tuhan.
Ayahku meminta aku untuk kewarung, beli obat puyer bintang toedjo, dia selalu menenggak obat itu, tiga kali sehari seperti makanan wajib. Aku tanpa babibu langsung lari kewarung beli bintang toedjo dengan uang saku yang tersisa, kalau aku benar, uang sakuku saat itu Rp.5000, aku bukan anak yang pelit, aku belikan ayahku 2 bintang toedjo seharga Rp.2000.
Kulihat dibelakang rumah, ayah sudah menjemur banyak sekali pakaian dan jarik yang biasa digunakan untuk alas tidur, ayahku memperlakukanku seperti seorang ratu, ketika aku akan tidur, dia membersihkan tempatnya dengan rapih sekali dan membakar obat nyamuk memastikan aku nyaman dari ancaman nyamuk yang menghisap darahku, aku anak kecil yang cukup cerewet, aku tak suka asap obat nyamuk membuatku sesak, aku tidur dibawah dengan kasur kapuk dan alas jarit, aku suka pakai kaos gantung (tengtop) dan celana dalam saja saat tidur, aku suka dingin makanya aku tidur dibawah dan tidak suka pakai selimut. Ibuku tidur diatas ranjang, kadang saat bangun tidur aku berada dibawah kolong ranjang karna aku tidurnya berguling 180° kata ayahku. Atau jika aku tertidur diatas ranjang, sudah pasti aku akan terjatuh dan menimpa tubuh ayahku.
Ayahku sangat rajin membereskan rumah, ibuku tidak suka bersih-bersih, ayahku bekerja serabutan, kadang menjadi pedagang sepatu, pedagang baju, terakhir kali kuingat dia menjadi kuli bangunan. Ibuku seorang guru di sekolah dasar. Jelas ibuku lebih berpendidikan dari ayahku, tapi aku sangat menyayangi ayahku meski ayah suka memukul ibu dan hampir memasukkan aku ke sumur saat aku nakal tidak berhenti menangis. Ayah selalu membuatku tertawa, aku suka sekali mencari perhatiannya.
Setelah minum teh manis, aku segera mengambil tangan ayahku, aku salim untuk kemudian mengayuh sepedaku kesekolah, aku ingat betul saat itu aku melewati kebon pisang belakang rumahku, tak sengaja sepedaku melindas siput dan menghancurkan rumah siput yang berlendir itu, didalam hati aku meminta ampun kepada siput karna aku tak sengaja, akupun merasa iba semoga siput tidak mati dengan perasaanku yang masih sangat gelisah, selagi laju sepedaku terus ku kayuh, kubayangkan lagi raut wajah ayahku, semoga ayahku baik-baik saja, semoga diberi kesehatan, semoga diberi rezeki, itu yang selalu aku ucapkan kepada tuhan dalam setiap do'aku. Disekolah aku jalani seperti biasanya, hingga tiba waktunya pulang kulihat rumahku ramai sekali, aku sangat takut dan bingung, ibuku mengajar disekolahku, tapi dia selalu pulang lebih awal. Kulihat ayahku kejang-kejang diatas ranjang diruang tengah, orang kampung berdatangan ingin melihat ayahku, aku menangis sejadi-jadinya. Tetanggaku meminjamkan mobil untuk membawa keluargaku kerumah sakit. Didalam mobil dengan mata merahku, kulihat muka warga yang penuh tanya, aku tidak perduli, mereka terlalu ingin tau urusan oranglain, mereka terlalu banyak bicara.
Didepan ruang ICU banyak orang duduk diatas tikar dengan rantang nasi dan termos, aku tidak kenal siapa mereka, terlihat tidak rapih dan kumal. Aku masuk keruang ICU, ada adik ibuku yang sedang membaca lantunan ayat suci Al-qur'an, dia seorang ustad dikampungku yang kelak selalu baik padaku, juga ada ibuku yang berada disamping ayahku sedang berbaring dengan segala macam kabel ditubuhnya, aku takut ayahku kesetrum saking banyaknya kabel menancap ditubuhnya, juga ada kotak layar menyala bertuliskan angka-angka entah apa aku jadi merasa sebal karna ingat matematika, kotak itu sering ku lihat disinetron, kotak itu berbunyi tit...tit..tit... yang aku tahu bahwa ayahku masih hidup.
Aku anak satu-satunya, tidak ada yang lain selain ayah dan ibuku, aku tidak tidur dirumah sakit karna ayahku berada diruang gawat darurat bukan ruang mawar atau melati, aku dibawa pulang oleh istri dari adik ibuku, entah sudah berapa hari ayahku dirumah sakit, terakhir kulihat ayahku masih dengan kondisi yang sama, tidak dipindahkan keruang inap biasa, dia tersenyum padaku, tubuhnya yang kurus kering dengan senyum manis yang sangat mirip denganku. Bagiku wajahnya seperti aktor india namun dia terlihat sangat lemah, aku tahu ayahku makan melalui kabel-kabel itu dialirkan kemulutnya. Kudengar juga bahwa ayahku sakit ginjal.
Sudah seminggu lamanya ayahku dirumah sakit, aku dibangunkan jam 4 shubuh oleh tanteku, tapi sepupuku masih tertidur pulas, lalu aku diberi susu kemudian tante ku bilang bahwa ayahku sudah pulang, aku digandeng untuk pulang kerumahku, jarak rumahku dengan rumah tanteku tidak terlalu jauh. Kulihat dari kejauhan ada mobil ambulance, hatiku berdebar karna aku senang ayahku pulang lalu debar itu seketika berubah seperti pukulan keras dihatiku, aku seakan tidak bisa mengambil udara untuk bernapas beberapa detik, seperti ada gumpalan awan hitam disekitarku, semuanya gelap saat melihat ayahku terbujur kaku diranjang dengan jarik batik bermotif sogan, ya.. ayahku meninggal. Aku menangis namun aku tidak mengerti arti kehilangan, aku tidak mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya, kulihat wajah ibuku sembab saat aku terbangun pukul 7, tanteku dari kota tegal datang sambil menangis dan memegang pundakku dia berkata "Ya allah nak, kamu mimpi apa semalam?" Lalu memelukku, aku hanya diam dan merasa bingung. Aku mengingat bahwa aku tidak bermimpi apa-apa, namun hidup ini sendiri ku rasa seperti mimpi yang aku tidak pernah bisa terbangun sampai kini, aku terkadang menampar pipiku sendiri, terasa nyata karna sakit rasanya.
Waktu itu gerakan sholatku belum sempurna, namun ibuku menyuruh aku ikut mensholati ayahku dirumah sebelum membawanya kemusola didepan rumahku, aku hanya melirik-lirik saat yang lain sholat dan komat-kamit, terlintas dipikiranku ketika ayah mengajariku sholat. Ketika ayah duduk disofa, menangis pada tengah malam saat kulihat dia dari balik celah pintu karna aku tidak bisa tidur, entah apa yang ayah pikirkan sambil menyesap kopi hitam dan rokok yang membuatnya sakit. Ayah tidak pernah minum air putih, karna nya aku suka banyak minum air putih, karna nya aku tidak suka kopi. Namun karna nya juga aku insomnia, sepanjang malam yang tidak bisa aku tiduri, kenangan tentang ayah selalu membuat jantungku sesak, andai masih ada ayah, kurasa aku akan lebih cocok mengobrol karna aku tidak akrab dengan ibu. Biasanya aku menumpahkan segala keluh kesahku dan ayah menanggapinya dengan sesuatu yang membuatku tertawa sampai perutku kaku, lalu ibu akan cerewet karna aku tertawa berlebihan untuk lelucon yang ayah karang sendiri. Ayah... aku masih didunia, meski tidak mudah menjalani segalanya sendiri, percayalah ayah, aku mampu melewatinya dengan bantuan do'a ibu. Terimakasih ayah, setidaknya aku bisa mengenangmu dalam setiap malamku. Entah ada atau tidaknya surga, ku do'akan engkau berada ditempat ternyaman ayah, dengan kopi hitam dan rokok lintingan kesukaanmu ditangan. aku ingin sekali melihatmu lagi ayah. Sungguh.
Cari Blog Ini
Sabtu, 07 September 2019
AYAHKU ABADI DIPIKIRANKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar